Popular posts

What we wrote..

We're learn, write, act, then apply

SECOND

You're visitor to

Powered by Blogger.

Followers

WE ARE...

My photo
Surabaya, East Java, Indonesia
Safety Engineering at Surabaya Shipbuilding State of Polytechnic

Search what you want to find! Enjoy.

Safety Engineering - PPNS - ITS On Tuesday, May 21, 2013


Dalam misi mensukseskan penyelenggaraan program budaya dan perilaku K3 (safety performance) di spot kerja  , progress dari visinya  dapat dinilai dan dievalusai dengan meneliti suasana kerja (safety climate) yang tentunya berebeda beda di setiap lokasi kerja. Suasana ini dapat langsung kita rasakan di tempat kerja tersebut , yang ditunjukkan oleh factor penghubung antara  safety climate dengan safety performance yaitu oleh pelaksanaan aturan K3 , komunikasi dan support antar individu , kecukupan dan kejelasan prosedur kerja , work pressure , penggunaan APD.   Berdasakan sebuah penelitian yang telah dilakukan terhadap 192 pekerja yang sedang bergelut dalam penyelesaian  proyek kategori konstruksi dan maintanance jalan dan jembatan yang berlokasi di Tenggara Queensland , Australia . Penelitain yang dilakukan oleh Glendon dan rekan rekan ini adalah menggunakan metode kuisioner yang dinamakan Safety Climate Quistionnaire (SCQ) .

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor faktor Safety Climate diatas  kemudian  mengkaitkannya dengan Safety Performance.    
Namun , setelah peneliti mengkaji setiap hasil lembaran kuisioner menunjukkan bahwa masalah yang sedang ada pada tempat kerja tersebut , yaitu kurangnya komitmen dari pihak menejemen dan pekerja pada proyek tersebut untuk menciptakan suasana kerja yang selamat . Seperti , terjadinya hubungan komunikasi dan support yang kurang baik antara pihak pengawas dengan pekerja sehingga tingkat kecelakaan tinggi . Disini , sebenarnya pengawas memiliki tugas besar dalam menjaga ataupun mengawasi agar momen ‘minim kecelakaan’ dapat tercapai  . Sehingga , masalah tersebut akan memunculkan pekerja pekerja “nakal” , melawan  , membangkang. Contoh fakta  sederhana adalah akan   mempengaruhi kesadaran  dari para pekerja akan mutlak pentingnya memakai APD menjadi semakin buruk .
Kurang baiknya relasi antara pekerja dengan atasannya juga mengakibatkan keluhan –keluhan para pekerja mengenai pekerjaan mereka kurang dimengerti jelas oleh pihak manejemen . Tidak ada penyelesaian akan masalah masalah yang dialami pekerja saat bekerja . Jika ini terus terusan berlanjut  Otomatis , good safety performance  akan sulit tercapai .

Nah  , masalah faktor faktor diatas sangat berkontribusi memberikan gambaran berhasilnya program K3 yang selama ini selalu dalam estimasi kita semua . jika terdapat inkonsistensi  komitmen dari semua pihak dalam organisasi kerja untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman , sehat serta produktif  maka safety performance akan gagal.

Terutama dari kalangan manajemen yang pada dasarnya adalah pemegang kemudi dari sebuah kendaraan organisasi kerja menuju kesejahteraan dan kemakmuran para pekerja. Jika pelaksanaan program K3 kacau atau dengan contoh  tingginya tingkat kecelakaan dan kerusakan yang berdampak kerugian bagi perusahaan juga , maka jelas kesejahteraan dan kemakmuran pekerja yang termasuk salah satu tujuan K3 tidak akan terraih .

Maka , kesimpulannya adalah  “safety performance akan  mulus jalannya jika tercipta safety climate yang berkualitas dan produktif ” dibarengi “konsistensi komitmen K3 dari segenap pribadi pada sistem dan lingkungan kerja” tidak hanya dari pihak atasan atau manajemen .

Demikian yang dapat saya curahkan dalam lembaran putih ini , baik dari pemikiran maupun kutipan saya . Saya mohon maaf jika ada kekeliruan .

Kutipan :Jurnal K3 Science Direct.
Faktor Safety Climate, perbedaan-perbedaan dan
Safety Behaviour pada konstruksi jalan .
AI Glendon
DK Litherland

Bradlee  Y.A Nainggolan
6512040099

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments