- Home »
- Safety Culture »
- Pekerja Enggan Melaporkan Kecelakaan Kerja, WHY ?
Safety Engineering - PPNS - ITS
On Monday, May 20, 2013
“Pekerja beranggapan
bahwa mereka mungkin akan memiliki masalah di tempat kerja setelah melaporkan
insiden yang terkait dengan kecelakaan dan keselamatan kerja”
Pekerja, pekerjaan, lingkungan
kerja, dan kecelakaan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Kecelakaan kerja (cidera) adalah suatu kenyataan hidup pekerja
dalam menjalankan pekerjaan. Semua pekerja mempunyai kemungkinan untuk
mengalami cidera, baik yang disengaja ataupun tidak disengaja. Laporan pekerja
terhadap kecelakaan kerja yang terjadi pada dirinya sendiri ataupun oleh
pekerja lain belum sepenuhnya dilakukan. Seandainya ada pelaporan, itupun hanya
beberapa persen saja yang dilaporkan. Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan yang tidak dilaporkan lebih tinggi
dari jumlah kecelakaan yang dilaporkan. Mengapa demikian?
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tahira M. Probst *, Armando X. Estrada pada 425 pekerja dalam 5 industri yang berada di
Amerika Serikat yang terdiri dari pekerja laki-laki, menyebutkan bahwa beberapa
alasan yang mempengaruhi kecelakaan kerja tidak dilaporkan (under-reporting) antara lain:
1.
pekerja
menganggap bahwa diri sendirilah yang menyelesaikan masalahnya sendiri (73,8 %),
2. pekerja tidak ingin pergi menindak
lanjuti untuk wawancara dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan (69 %),
3. pekerja tidak berfikir apapun akan
dilakukan oleh perusahaan untuk memperbaiki masalah yang terjadi (51,2 %),
4. pekerja tidak berfikir itu penting
(47,5 %),
5. pekerja berfikir itu akan membuat
bekerja menjadi tidak menyenangkan (41,5 %),
6. pekerja tidak ingin mengotori catatan
bebas kecelakaan perusahaan (37,5 %),
7. pekerja berfikir itu mempengaruhi
kartu catatan keselamatan temannya (37,2 %).
Ada sebab ada akibat. Pekerja berpikiran
bahwa mereka mempunyai banyak konsekuensi dari pelaporan kecelakaan yang
dilakukan. Beberapa konsekuensi menurut mereka yang akan terjadi yaitu,
kelompok bekerjanya kehilangan point pada kartu point (37,3 %), disalahkan atas
insiden ini (23,9 %), disalahkan karena mengakhiri rekaman bebas kecelakaan
perusahaan (21,7 %), takut orang lain mengisukan yang tidak baik tentang
pekerja (19,7 %), anggapan tidak disiplin (18,6 %), diberi evaluasi kerja yang
tidak baik (11,4 %), dan pekerja diberi tugas yang kurang menguntungkan (10 %).
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa
kurangnya respon manajemen, takut pembalasan ataupun kehilangan pekerjaan,
kehilangan tunjangan kerja dan membayar denda, pengalaman kerja, organisasi
iklim keselamatan yang rendah, kurangnya pelatihan dan komunikasi, dan
kurangnya sosialisasi mempengaruhi banyak sedikitnya pelaporan kecelakaan kerja
yang dialami oleh pekerja. Suatu tempat kerja yang memiliki organisasi iklim
kerja dan manajemen yang baik, kecelakaan yang dilaporkan akan lebih banyak
daripada perusahaan yang memiliki organisasi iklim keselamatan yang rendah.
Dengan demikian, agar pekerja mau dan rela untuk melaporkan kecelakaan yang
terjadi, maka perlu adanya pengetahuan dan kesadaran diri pada pekerja,
menghilangkan anggapan bahwa perusahaan tidak akan menghargainya, melihat
manfaat dari keterbukaan komunikasi, dan adanya sosialisasi dan memperbaiki
organisasi iklim keselamatan.
Referensi: Probst, Tahira M. Armando X. Estrada. 2010. Accident under-reporting among employees:
Testing the moderating influence
of psychological safety climate and
supervisor enforcement of safety practice. Accident
Analysis and Prevention. Accident Analysis and Prevention 42, 1438–1444
Oleh: Anna Putri P.
NRP: 6512040106