Popular posts

What we wrote..

We're learn, write, act, then apply

SECOND

You're visitor to

Powered by Blogger.

Followers

WE ARE...

My photo
Surabaya, East Java, Indonesia
Safety Engineering at Surabaya Shipbuilding State of Polytechnic

Search what you want to find! Enjoy.

Safety Engineering - PPNS - ITS On Wednesday, June 19, 2013


Tahukah kamu bahwa faktor psikologi itu memiliki banyak dampak terhadap pekerjaanmu? Banyak pekerja menyepelekan dampak dari PAK yang disebabkan oleh faktor psikologi. Kebanyakan dari mereka mengira kondisi lingkungan kerja tidak berpengaruh besar terhadap kesehatan maupun kondisi kejiwaan mereka. Disaat kita berhadapan dengan situasi kerja yang monoton dan konflik internal secara tidak langsung kondisi kejiwaan kita akan terguncang karena emosi yang tidak stabil. Apabila kita tidak dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut dan cenderung memendamnya sendiri, maka akan timbul gangguan pada organ tertentu dalam tubuh kita. Hal ini dikarenakan menumpuknya beban pikiran yang berakibat pada kondisi kejiwaan yang tidak stabil yang kemudian berpengaruh pula pada kesehatan. PAK karena faktor psikologi inilah yang lebih berbahaya dibanding faktor lain, bahkan dapat menyebabkan komplikasi akut.
Apa saja penyakit akibat kerja yang diakibatkan faktor psikologi?
1.     Insomnia
Insomnia merupakan salah satu contoh penyakit kerja akibat faktor psikologi. Gejala penyakit insomnia tersebut adalah Penderita mengalami kesulitan untuk tidur atau sering terjaga di malam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan. Awal proses tidur pada pasien insomnia mengacu pada latensi yang berkepanjangan dari waktu akan tidur sampai tertidur. Dalam Insomnia psiko-fisiologis, pasien mungkin mengeluh perasaan cemas, tegang, khawatir, atau mengingat secara terus-menerus masalah-masalah di masa lalu atau di masa depan karena mereka berbaring di tempat tidur terlalu lama tanpa tertidur. Pada insomnia akut, dimungkinkan ada suatu peristiwa yang memicu, seperti kematian atau penyakit yang menyerang orang yang dicintai. Hal ini dapat dikaitkan dengan timbulnya insomnia. Pola ini dapat menjadi tetap dari waktu ke waktu, dan penderita dapat mengalami insomnia, berulang terus-menerus. Semakin besar usaha yang dikeluarkan dalam mencoba untuk tidur, tidur menjadi lebih sulit diperoleh. Menonton jam saat setiap menit dan jam berlalu hanya meningkatkan perasaan terdesak dan usaha untuk tertidur. Tempat tidur akhirnya dapat dipandang sebagai medan perang, dan tidur lebih mudah dicapai dalam lingkungan yang asing.

2.     Psikosomatis
Psikomatis juga merupakan contoh gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor kejiwaan dan sosial. Penyakit ini muncul sebagai akibat dari kondisi emosional seperti marah, depresi dan rasa bersalah. Berdasarkan data dari Departemen Penyakit Dalam FKUI, 15–30 persen orang meninggal dunia karena gangguan psikosomatis di Jakarta. Menurut David Cheek M.D., dan Leslie LeCron terdapat 7 hal yang bisa mengakibatkan penyakit psikosomatis:
1. Internal Conflict: Konflik diri yang melibatkan minimal dua orang.
2.Organ Language: Bahasa yang digunakan oleh seseorang dalam mengungkapkan perasaannya. Misalnya, “Ia bagaikan duri dalam daging yang membuat tubuh saya sakit sekali.” Bila pernyataan ini sering diulang maka pikiran bawah sadar akan membuat bagian tubuh tertentu menjadi sakit sesuai dengan semantik yang digunakan oleh klien.
3. Motivation/Secondary Gain: Keuntungan yang bisa didapat seseorang dengan sakit yang dideritanya, misalnya perhatian dari rekan kerja, pasangan atau lingkungannya, atau menghindar dari beban tanggung jawab tertentu.
4. Past Experience: Pengalaman di masa lalu yang bersifat traumatik yang mengkibatkan munculnya emosi negatif yang intens dalam diri seseorang.
5. Identification: Penyakit muncul karena dia mengidentifikasi dengan seseorang atau figur otoritas yang ia kagumi atau hormati. Maka secara tidak langsung ia akan mengalami sakit seperti yang dialami oleh figur otoritas itu.
6. Self Punishment: Pikiran bawah sadar membuat dia sakit karena ia mempunyai perasaan bersalah akibat dari melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan nilai hidup yang ia pegang.
7. Imprint: Program pikiran yang masuk ke pikiran bawah sadar saat seseorang mengalami emosi yang intens.
Cara menangani gangguan psikosomatis ini antara lain menemukan titik permasalahan yang sedang dihadapi pekerja, melakukan diagnosa kepada pekerja yang bersangkutan, lalu memberikan hipnoterapi.
3.     Somatis disease
Somatis disease / gangguan somatis merupakan contoh lain gangguan somatoform spesifik yang ditandai oleh banyak keluhan fisik/gejala somatik yang banyak mengenai sistem organ. Penyakit ini ditandai dengan adanya gejala-gejala fisik yang bermacam-macam (multiple), berulang dan sering berubah-ubah, dan menyebabkan disabilitas individu tersebut di masyarahat dan keluarga. Gangguan ini merupakan gangguan yang bersifat kronik dan progresif umumnya sedang sampai buruk. sama halnya dengan psikosomatis, gangguan somatis disebabkan oleh tekanan psikis, depresi, emosi labil, dan anxietas. Untuk menyembuhkan penderita somatis, kita perlu melakukan diagnosa terlebih dahulu mengenai penyebab serta akibatnya, selanjutnya penderita diberikan psikoterapi dan terapi psikofarmakologis untuk mengembalikan kondisi kejiwaan mereka.
Oleh karena itu kita perlu berhati-hati terhadap dampak yang diakibatkan oleh faktor psikologi, bukan menyepelekannya.


 Oleh: Kelompok 2

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments