- Home »
- Safety Journals »
- Fire Safety Journal Evaluasi Lapang Dengan Sistem Deteksi Api Berdasarkan Dua Gambar
Safety Engineering - PPNS - ITS
On Monday, June 17, 2013
Kecepatan dan
keakuratan pendeteksi api pada lahan liar merupakan komponen yang penting dalam
menangani manajemen kebakaran karena penghentian atau penanganannya akan lebih
efisien ketika awal mula titik api muncul. Beberapa kasus akhir-akhir ini
menunjukan bahwa sering terjadi kebakaran hutan hingga memakan banyak lahan
dikarenakan banyak hal. Seperti contoh kurangnya pemeliharaan hutan yang tetap
hijau dan asri atau keringnya hutan, dan juga penebangan yang tidak terkendali.
Hal tersebut merupakan faktor pendukung mengapa hutan berpotensi untuk
terbakar. Dan evakuasi penanganan kebakaran hutan tersebut sangat sulit
dilakukan karena kebakaran telah meluas dan pihak yang bertanggungjawab
menangani kebakaran pun kesulitan untuk memadamkan kebakaran hutan. Untuk
meminimalisir kerugian kebakaran hutan kita harus mendeteksi sejak dini nyala
awal api yang muncul.
Seiring kemajuan
teknologi, banyak terobosan terbarukan diciptakan untuk mengatasi pencegahan
kebakaran sedini mungkin dengan berbagai macam metode. Di Australia dilakukan penelitian tentang
metode evaluasi lapang pendeteksi kebakaran dengan menggunakan pemberitahuan
berupa gambar kebakaran khususnya pada lahan liar seperti padang rumput dan hutan.
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan di musim gugur tahun 2010 dengan luas
area yang dideteksi kurang dari 1 hektar dengan range 10-20km. Penelitian ini
didukung oleh departemen pemerintah setempat yakni Australian Commonwealth
Attorney General’s Department untuk memantau kelayakan sistem deteksi pada
aspek yang berdasarkan gambar. Pemberitahuan adanya kebakaran dilaporkan melalui tower yang dibangun pada titik layout
yang telah direncanakan. Terdapat 5 tower didirikan pada daerah barat laut
panti Victoria, di daerah tersebut meliputi hutan dan lahan kebun pribadi. Dan
lokasi kedua terdapat di gunung Tumorrama, di daerah tersebut didirikan 1 buah
tower pengintai. Sistem dua gambar deteksi kebakaran didapat dengan menggunakan
Fire Watch dan Forest Watch. Fire Watch merupakan pengintai api dengan
spesifikasi 14-bit monochrom yang luas untuk mendeteksi kebakaran. Fire watch
juga menggunakan sensor asap yang mampu mendeteksi lokasi titik terjadinya
kebakaran. Sedangkan Forest Watch menggunakan gambar berwarna dari sinar kamera
untuk mendeteksi adanya api. Pada setiap
tower terdapat operator yang berpengalaman untuk melaporkan adanya indikasi
kebakaran yang akan di uji coba pada beberapa titik uji. Dan uji coba ini akan
membandingkan antara laporan yang dilakukan oleh operator dengan laporan
yang dilakukan oleh Fire Watch dan
Forest Watch. Operator ini bekerja mulai pukul 9.00 pagi hari hingga pukul 5.00
sore hari. Operator akan meloporkan secara detail semua asap yang terlihat
serta mencakup jarak, jenis api, dan catatan lain mengenai area yang
diobservasi. Laporan dilakukan dengan
menggunakan via telepon, email, dan pesan singkat kepada pusat di New South
Wales, hutan bagian Bondo. Kemudian data yang diterima diakses langsung dengan
menggunakan software GIS yang digunakan untuk mengetahui alur lokasi semua
percobaan dan agen kebakaran serta pemberitahuan pendeteksian lokasi untuk
sistem deteksi kebakaran. GIS merupakan software yang dijalankan secara manual
untuk mencocokkan antara laporan pendeteksian dengan kebakaran. Agar
pemberitahuan letak terjadinya kebakaran tepat pada tempat yang telah
dilaporkan. Jadi ketika percobaan kebakaran dilakukan ada laporan yang
dilakukan secara serempak dengan alur sebagai berikut, tower melakukan
pendeteksian kebakaran kemudian dilaporkan langsung kepada pusat New South
Wales dan dari pusat memberitahukan adanya kebakaran di lokasi yang telah
diolah oleh software kepada agen kebakaran untuk memadamkan api yang
terdekteksi. Dari keenam titik api yang dinyalakan di hutan, seluruhnya telah
terpantau oleh operator setelah 30 menit dan dengan ukuran kurang dari 200
meter persegi. Sedangkan laporan melalui Fire Watch 35 menit setelah laporan
yang dilakukan oleh operator dan kebakaran yang meluas 5 kali setelah
pendeteksian. Deteksi operator pada
tower lebih cepat dibanding dengan menggunakan sistem dua gambar. Rata-rata
laporan yang dilakukan oleh operator berkisar 44 menit, sedangkan Fire Watch
berkisar 141 menit dan Forest Watch 123 menit. Akan tetapi laporan pendeteksian
tempat terjadinya kebakaran jauh lebih akurat menggunakan sistem dua gambar.
Dimana rata-rata error yang dilakukan oleh operator berkisar 600 meter dan
sistem dua gambar hanya 400 meter. Akan tetapi hal ini tidak menjadi perbedaan
yang signifikan antara keduanya. Sistem dua gambar ini diciptakan untuk
menemukan lokasi terjadinya kebakaran. Walaupun dalam kenyataannya lebih lambat
dari operator yang telah terlatih.
Dari penjelasan secara
gamblang tentang percobaan yang dilakukan di Australia tersebut kita warga
Indonesia yang merupakan daerah hutan hujan tropis dan memiliki hutan melimpah
wajib melakukan tindakan pencegahan sedini mungkin untuk memelihara hutan kita.
Dengan adanya teknologi terbarukan seperti Fire Watch dan Forest Watch kita
mampu memantau hutan kita dengan optimal. Setidaknya dengan teknologi tersebut
kesalahan human error mampu tertutupi oleh adanya deteksi dua gambar yang telah
di kembangkan di Australia ini. Bayangkan saja ketika malam, ataupun siang kita
bersantai, di sisi lain kita harus menjaga hutan di seluruh Indonesia, operator
pemantau pun memiliki jam kerja yang telah ditentukan, akan tetapi musibah
kebakaran melanda hutan tanpa kita sadari. Jelas kita akan merugi. Hutan
sebagai paru paru dunia, sebagai penghasil kayu untuk kebutuhan hidup, tempat
hidup flora fauna langka akan lenyap tanpa adanya tindakan pelestarian dan
pencegahan yang optimal dari kita. Penelitian dengan menggunakan sistem dua
gambar ini merupakan salah satu inovasi kreatif yang mampu merangsang kita
sebagai negara yang kaya akan sumber alam yang melimpah untuk mau melestarikan
dan menjaga kesinambungan hidup yang ideal. Kombinasi antara manusia yang
cerdas bertanggungjawab dengan teknologi yang sempurna akan membawa kita pada
tingkat hidup yang nyaman. Yang perlu kita ingat adalah tanpa adanya manusia,
teknologi hanya akan menjadi seonggok sampah. Dan manusia tanpa teknologi hanya
akan membawa manusia pada satu titik kehidupan yang sempit.
Rizal Elga Rexsana / 6511040066 / K3 IV C