- Home »
- Safety Journals »
- BAHAYA DIBALIK SANG PENYELAMAT APAR CO2
Safety Engineering - PPNS - ITS
On Monday, June 17, 2013
Penulis : Mega
Puspitasari.
Alat Pemadam Api Ringan Jenis Carbon Dioxide (CO2) merupakan
alat pemadam yang menggunakan CO2 (karbon dioksida) sebagai
bahan pemadamnya. Alat pemadaman ini akan
mengeluarkan awan karbon dioksida dan partikel COP padat pada saat digunakan.
Jenis pemadam ini digunakan untuk area dimana terdapat peralatan elektronik
sehingga peralatan tersebut tidak rusak, seperti instrument laboratorium,
server, komputer, dsb.
Dibalik keefektifannya dalam proses pemadaman kebakaran tahap awal pada
klasifikasi kebakaran untuk
material bahan kimia cair & gas mudah terbakar seperti solar, minyak tanah,
bensin, alcohol serta peralatan yang dialiri arus listrik. Taukah Anda
bahaya apa saja yang mungkin timbul dibalik kegunaan APAR jenis CO2 ini ? Umumnya, bahaya kesehatan primer gas karbon dioksida adalah:
sesak napas, kerusakan ginjal atau koma, dan radang dingin. Sesak napas
disebabkan oleh pelepasan karbon dioksida di daerah terbatas atau minim udara.
Hal ini dapat menurunkan konsentrasi oksigen berbahaya bagi kesehatan.
Kerusakan ginjal atau koma disebabkan oleh terganggunya keseimbangan kimia
buffer karbonat. Ketika konsentrasi karbon dioksida meningkat atau menurun,
menyebabkan kesetimbangan terganggu, situasi yang mengancam kehidupan dapat
terjadi. Selain itu, kontak dengan karbon dioksida padat selama lebih dari satu
atau dua detik tanpa perlindungan yang tepat dapat menyebabkan lecet serius dan
radang dingin, hal ini yang mungkin jarang dietahui oleh pengguna dari APAR
jenis CO2.
Radang dingin terjadi
ketika jaringan kulit beserta jaringan tubuh di bawahnya membeku. Kulit menjadi
sangat dingin, kaku, keras dan pucat bahkan apabila terjadi pada durasi lebih
lama lagi akan menyebabkan kulit melepuh dan terkelupas. Pada jurnal terbitan ELSEVIER “a reason careful about frostbite injury: Carbon dioxide fire
extinguisher failure”
(Cihan Sahin,
2012) di paparkan sebuah kasus kecelakaan
kerja yang diakibatkan oleh kebocoran gas di sekitar katub tabung APAR jenis CO2,
seorang pria menderita luka pada tangan kanannya akibat terkontaminasi gas CO2
yang bocor saat melakukan proses pemadaman kebakaran. Sesaat setelah
terkontaminasi gas CO2 tangan kanannya terasa dingin dan mati rasa
namun setelah beberapa saat kemudian rasa sakit mulai muncul dan tangan
melepuh.
Terdapat informasi dalam literatur medis tentang perawatan darurat untuk
gas karbon dioksikda cedera radang dingin. Langkah pertama pengobatan adalah
menghilangkan kontaminasi CO2 dengan pasien dan meminimalkan durasi
paparan. Berbeda dengan luka bakar, pada kasus ini senyawa CO2 akan
terus "membakar" sampai zat tersebut habis atau dihapus. Dalam
pengobatan pertolongan pertama, karbon dioksida yang mengkontaminasi kulit harus segera dicuci dengan menggunakan
sabun atau deterjen ringan serta air. Pakaian yang terkontaminasi harus segera
dilepas dan dicuci sebelum digunakan kembali. Untuk radang dingin, dianjurkan
rewarming (penghangatan) langsung dalam bak dengan menggunakan air steril
bersuhu 42oC.
Pencegahan adalah strategi terbaik untuk mengurangi terjadinya kasus radang dingin. Langkah
pertama adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dan profesional dalam
perawatan kesehatan risiko cedera ini. Selain itu, sebagian dari cedera ini
dapat dicegah dengan mengambil tindakan pencegahan yang memadai seperti
melakukan pengecekan APAR jenis CO2 sebelum digunakan serta
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dalam proses pemadaman.
Sebagai kesimpulan, kontak singkat dengan gas karbon dioksida sekalipun
dapat mengakibatkan cedera radang dingin yang parah. Mengurangi waktu paparan merupakan
langkah pertama yang penting dalam pendekatan pengobatan. Apabila terjadi
paparan, pasien harus segera di bawa ke
rumah sakit untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut. Langkah-langkah tersebut
untuk mencegah edema yakni kerusakan jaringan dalam yang lebih parah.
References : Sahin C, et al., 2012. A
reason to be cafreful about frostbite injury: Carbon dioxide fire extinguisher
failure, Burns xxx (2012) xxx-xxx .